Sabtu, 26 September 2009

FAKTA TENTANG BERAT BADAN

Berdasarkan Journal of American Dietetic Association, seringnya berat badan seseorang mengalami naik dan turun, ternyata juga berpengaruh negatif pada sistem imunitas tubuh.
Berdasarkan Journal Physiology of Gastrointestinal and Liver Physiology, berat badan yang tidak stabil juga dapat meningkatkan kandungan lemak pada hati. Hal-hal tersebut dapat menghadapkan seseorang kepada prevalensi yang lebih tinggi terhadap penyakit-penyakit degeneratif.

Menurut penelitian dr Claire Duvermoy, kardiolog dari University of Michigan (AS), berat badan yang turun naik secara fluktuatif bisa meningkatkan risiko terkena penyakit jantung.
Menurut WHO, penurunan berat badan yang dinyatakan aman adalah sekitar 1-1,5 kg per minggu. Hasil penelitian yang dilaporkan dalam pertemuan tahunan ahli-ahli saluran percernaan di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa wanita gemuk berisiko untuk menderita kanker usus besar hingga empat kali lipat dibandingkan dengan wanita yang mempunyai berat badan normal.

CARA MENGHITUNG BERAT BADAN IDEAL (BBI)
BBI bayi (anak 0 – 12 bulan)
BBI=(umur (bln)/2)+4
BBI untuk anak (1 – 10 tahun)
BBI=(umur (thn)x2)+8
BBI remaja dan dewasa
BBI=(TB – 100) – (TB – 100)x10%
Atau BBI= (TB – 100)x90%
Ket: TB: Tinggi Badan (cm)
(SINDO)

HINDARI DIET YOYO

Untuk mendapatkan tubuh yang ideal, berbagai cara dilakukan. Diet adalah salah satu alasan favorit seseorang untuk membentuk badan menjadi kurus. Diet boleh saja dilakukan, tetapi tidak perlu diet ketat dan berlebih. Bila berlebihan ujungnya dan bila tidak konsisten, berat badan bisa mendadak naik dan cepat pula mendadak turun. Kondisi itu biasa disebut diet yoyo. Nah, bahayanya, sindrom yoyo mengakibatkan metabolisme tubuh terhambat.

“Seseorang tidak mungkin memperoleh tubuh ideal dalam hitungan hari atau minggu, penurunan berat badan yang baik adalah secara bertahap,”papar Dokter Gizi Klinik dari Klinik Spesialis Semanggi dr Fiastuti Wijtaksono Msc SpGK.

Kepala Pusat Divisi Penelitian Nutrifood Susana STP PD Eng menjelaskan, penurunan berat badan yang aman dan normal, berkisar dari 2-5 kg per bulanya. Apabila berat badan yang turun melebihi dari 5 kg, disarankan untuk segera berhenti melakukan diet.

Susana menjelaskan, terdapat beberapa strategi untuk menaikkan berat badan, yaitu dengan nutrisi gizi seimbang, pemenuhan kebutuhan protein, dan latihan beban secara teratur.
Sementara itu, strategi untuk menurunkan berat badan bisa dilakukan dengan diet rendah kalori yang terdiri atas gizi seimbang, asupan kalori adalah 800-1500 kkal/hari, terbukti dapat menurunkan berat badan sebanyak 10% selama enam bulan, penurunan berat badan terdiri atas 75% lemak, dan 25% otot, serta melakukan olahraga aerobik secara teratur.

“diet rendah kalori berlebih boleh saja dilakukan asal dilakukan dibawah pengawasan dokter,”pesannya. Dengan menerapkan gaya hidup sehat dengan pola makan gizi seimbang, tentunya permasalahan kelebihan dan kekurangan berat badan dapat semakin berkurang. (SINDO)

TUBUH IDEAL DENGAN GIZI SEIMBANG

Hidup sehat tak lepas dari pola makan yang sehat pula. Dengan asupan gizi yang seimbang, tak kurang dan tak lebih, anda pun akan memiliki tubuh yang ideal.

Tubuh ideal, siapa yang tak menginginkannya. Untuk mendapatkannya, anda tak perlu merogoh kocek dalam-dalam menguruskannya. Cukup dengan asupan gizi yang seimbang, anda tak perlu khawatir tubuh melar. Gizi seimbang ini dibutuhkan selain untuk kesehatan, juga untuk mengatasi kekurangan dan kelebihan berat badan sehingga membentuk badan yang ideal.

Dokter Gizi Klinik dari klinik spesialis Semanggi dr Fiastuti Witjaksono Msc SpGK mengatakan bahwa tubuh yang ideal adalah seseorang yang memiliki jumlah berat badan yang pas, tidak berlebih atau tidak kekurangan berat badan. Selain itu, asupan gizinya seimbang. Ada seseorang yang kurus, tetapi sangat kurang karbohidrat, ini sangat tidak baik bagi tubuh.
“Orang dengan tubuh kurus tapi gizinya tidak mencukupi, sama saja bohong, berarti dia belum bisa dikatakan ideal. Dan orang gendut belum tentu harus berhenti minum susu,” tandasnya yang selalu mengingatkan bahwa berat badan ideal adalah seseorang yang dengan jumlah asupan gizinya yang cukup.

Fiastuti menyebutkan, jumlah angka penderita obesitas di Indonesia selalu naik dari tahun ke tahun. Berdasarkan Sensus Kesehatan Nasional 1989, prevalensiobesitas di perkotaan adalah 1,1%, sedangkan di pedesaan 0,7%.

Sepuluh tahun kemudian, angka itu meningkat menjadi 5,3% di kota dan 4,3% di desa. Pada 2004, Himpunan Studi Obesitas Indonesia (Hisobi) menemukan bahwa prevalensi obesitas itu meningkat menjadi 9,16% pada pria dan 11,02% pada wanita. Bahkan bila dilihat dari ukuran lingkar pinggang, sebanyak 41,2% pria mengalami obesitas karena lingkar pinggangnya melebihi 89 m, sedangkan 53,3% wanita mengalami obesitas karena lingkar pinggangnya lebih dari 79 cm.
“Hal ini menunjukkan bahwa obesitas merupakan problem serius, yang jumlah penderitanya akan terus meningkat bila masyarakat tidak segera mengubah gaya hidupnya,” ucap Fiastuti yang juga berprofesi menjadi staf luar biasa Departemen Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mengubah gaya hidup, dikatakan Fiastuti, bisa dilakukan dengan mengatur pola makan atau mengatur asupan gizi ke dalam tubuh secara seimbang. Tentunya, anda masih ingat dengan gambar yang diterapkan pada piramida makanan yang mengajarkan tentang konsumsi makanan. Pada gambar itu, jelas diperlihatkan asupan makanan yang baik untuk tubuh.
Pola makan yang tidak seimbang dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti obesitas atau penyakit lainnya. Oleh sebab itu, penting sekali untuk menyeimbangkan gizi yang masuk ke dalam tubuh seseorang, dengan konsumsi yang jelas 4 sehat 5 sempurna.

“Komposisi seimbang itu terdiri atas 45-65% karbohidrat, 10-25% protein dengan perbandingan antara hewani dengan nabati adalah 2:1, selain itu lemak 25-40%, dengan tambahan vitamin A, B, C, D, E, K dan Ca,”ucap dokter lulusan FKUI ini.

Fiastuti saat menjadi pembicara dalam lokakarya Media “Pola Makan Gizi Seimbang untuk Atasi Kekurangan dan Kelebihan Berat Badan” yang dilakukan Nutrifood di kantor PT. Nutrifood Indonesia beberapa waktu lalu, menjelaskan bahwa yang terpenting adalah dengan menerapkan 3J, yaitu jumlah kalori sesuai kebutuhan, jadwal makan yang teratur, dan jenis makanan dengan komposisi karbohidrat, protein, dan lemak seimbang, disamping nutrisi spesifik yang terpenuhi.

“Rumus makan bisa disederhanakan menjadi tiga kali makanan utama dan dua kali makanan kecil untuk setiap harinya,” ucap dokter kelahiran 7 Februari 1954 ini. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan akan nutrisi, juga tergantung pada aktivitas dan berat badan. Aktivitas yang padat turut memengaruhi jumlah energi yang keluar.”Aktivitas padat harus diimbangi dengan asupan gizinya,” pesan Friastuti. Kepala Pusat Divisi Penelitian Nutrifood Susana STP PD Eng menjelaskan bahwa selain obesitas, gaya hidup perkotaaan juga mengakibatkan terjadinya fenomena TOFI, yaitu thin outside, fat inside. Walau bentuk tubuhnya terlihat ideal bahkan kurus, kadar lemak dalam tubuhnya ternyata melebihi normal.

“Oleh sebab itu, kita harus memperhatikan tiga aspek penting untuk memiliki tubuh yang sehat, yaitu konsumsi makanan yang seimbang, olah raga teratur, serta istirahat yang cukup,” pesannya dalam acara yang sama.

Istirahat ini menjadi penting karena berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh. Seseorang yang sering begadang atau kurang istirahat, ujar Susana, akan mengalami terganggunya hormon yang bisa menyebabkan nafsu makan meningkat. (SINDO)

Selasa, 08 September 2009

MENYUSUI SAAT PUASA

Banyaknya ASI yang diperoduksi dan dikeluarkan dari payudara, sesungguhnya diatur oleh isapan bayi. Makin sering bayi mengisap, makin sering ASI dikeluarkan dan diproduksi di payudara. Inilah yang dinamakan supply and demand. Oleh karena itu, jika waktu puasa tiba, lakukan beberapa hal-hal berikut untuk memastikan bahwa produksi ASI selama ibu berpuasa tetap lancar dan berkualitas.

Asupan menu dengan gizi seimbang
Ibu yang sedang menyusui memang membutuhkan tambahan sekitar 700 kalori perhari. 500 kalori diambil dari makanan ibu dan 200 kalori diambil dari cadangan lemak dalam tubuh ibu. Oleh karena itu, penting bagi ibu menyusui yang sedang berpuasa untuk tetap mempertahankan pola makan 3x sehari dengan menu gizi seimbang. Pada saat sahur, ketika berbuka puasa, dan menjelang tidur sesudah shalat terawih, makan sahur akan menghasilkan energi yang berguna untuk aktivitas kita hari ini. Komposisi makanan dengan gizi berimbang akan menghasilkan sari makanan yang bagus untuk anak.

Perbanyak konsumsi cairan, mulai dari berbuka hingga sahur
Jika bisa minum air putih selama sehari itu sebanyak dua liter, ditambah dengan jenis cairan lainnya seperti jus buah, the manis hangat dan susu. Minum segelas susu setiap sahur bisa mengurangi ancaman anemia bagi ibu hamil dan menyusui. Anemia adalah berkurangnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah. Berbuka puasa dengan minum minuman hangat akan merangsang kelancaran ASI bagi ibu menyusui.

Istirahat yang cukupMerasa lemas saat berpuasa itu hal yang lumrah, apalagi jika si ibu baru saja menyusui. Cobalah untuk beristirahatlah sejenak, apakah dengan cara tidur atau sekedar relaks menenangkan pikiran. Perlu ibu ketahui, bahwa semakin sering payudara diisap oleh bayi, produksi ASI akan semakin banyak. Jadi, bila selama puasa ibu tetap rajin menyusui, ASI akan tetap lancar. (SINDO)

PUASA LANCAR, MENYUSUI AMAN

Bolehkah ibu menyusui berpuasa? Boleh-boleh saja, asalkan si ibu kuat secara fisik dan mental dan bayi tidak kekurangan asupan ASI. Puasa ternyata tidak mengurangi komposisi dan kandungan ASI. Keraguan seringkali menghampiri para ibu hamil dan menyusui saat bulan Ramadhan tiba. Di satu sisi mereka tidak mau melewatkan bulan penuh berkah tersebut dengan menjalankah ibadah puasa.. Disisi lainnya, mereka mempertimbangkan janin yang dikandung atau bayi mungil yang di susuinya. Akan berkurangkah asupan nutrisi bagi mereka saat si ibu puasa?

Ditinjau dari sisi kesehatan, ibu menyusui melakukan puasa memeng sulit untuk memenuhi keseimbangan gizi dan kebutuhan energi yang memang lebih banyak. Namun, bukan berarti mereka dianjurkan tidak berpuasa. Dengan pola berbuka dan sahur yang benar mereka tetap bisa menjalankan ibadah puas.

Konselor Laktasi, Mia Sutanto menuturkan, sebenarnya tidak ada pantangan bagi ibu menyusui untuk berpuasa. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi bagi ibu menyusui yang ingin berpuasa. Ibu harus kuat secara fisik dan mental, kondisi kesehatan bayi dapat tetap terjaga, dan bayi tidak tidak berkurang asupan ASI-nya sehingga berisiko kelaparan.

“Syarat-syarat tersebut harus terpenuhi apabila ibu yang sedang menyusui, ingin tetap melakukan puasa,”tutur Mia yang juga merupakan Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI). Bagi ibu yang menyusui bayi berusia di atas 6 bulan mungkin sudah bisa memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan di atas. Karena bayi sudah mendapatkan MPASI (Makanan Pendamping ASI).

“Sehingga apabila memang terjadi penurunan produksi ASI sewaktu si ibu berpuasa, maka kebutuhan nutrisi dan gizi dapat tetap terpenuhi melalui tambahan asupan makanan,”tutur Mia yang berpraktik konseling menyusui di The Jakarta Breastfeeding Center

Berbeda dengan ibu menyusui bayi berumur kurang dari 6 bulan. Dalam periode pemberian ASI eksklusif ini bayi benar-benar bergantung pada ASI, karena ASI merupakan satu-satunya sumber asupan si bayi. Ibu menyusui sebaiknya menimbang lebih matang. Jangan sampai puasa yang dilakukan sang ibu mengganggu sumber asupan tersebut. Baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

“Sehingga memang untuk ibu-ibu yang masih mempunyai bayi berusia 0-6 bulan, tidak dianjurkan untuk berpuasa untuk menghindari kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan,”pesan wanita yang juga disibukkan dengan profesinya sebagai direktur di PT. Mitra Dua Sejahtera. Apabila ibu dengan bayi berusia 0-6 bulan dan masih memberikan ASI eksklusif, dan si ibu memaksa untuk tetap berpuasa, Mia menyarankan kepada sang ibu agar selalu harus senantiasa mewaspadai beberapa hal.

Beberapa hal yang mungkin terjadi di antaranya adalah ibu mengalami rasa lemas dan rasa lapar yang berlebihan. Produksi ASI juga rentan menurun sehingga bayi terkesan tidak pernah kenyang (missal menyusu terus-terusan, rewel, dan lainnya).”Selain itu, dimungkinkan bayi akan mengalami gangguan tumbuh kembang akibat asupan ASI yang kurang,”paparnya.

Bagi ibu menyusui yang memiliki bayi berusia di atas 6 bulan dan ibu menjalankan ibadah puasa, maka pola menyusui tetap sama, yang berubah tentu adalah pola makanannya.

Masih dikatakan oleh Mia, persiapan yang dapat dilakukan sebelum memasuki bulan Ramadhan selain niat yang tulus dan ikhlas, juga persiapan fisik dan mental, persiapan dukungan dari anggota keluarga, rekan-rekan kantor, dan lainnya. Ibu menyusui juga harus mempersiapkan bayinya dengan cara mengajak bayi berbicara dan memberitahukan bahwa sang ibu akan melakukan ibadah puasa.”Dimana hal itu juga diharapkan agar sang buah hati mau mendukung niat bundanya tersebut,”ujarnya.

Kondisi tiap ibu berbeda. Oleh karena itu, dikatakan Mia, bagi ibu-ibu yang sejak awal produksi ASI-nya memang pas-pasan, dan termasuk fluktuatif atau sensitive terhadap pengaruh faktor-faktor tertentu misalnya ibu sedang stress, maka kemungkinan apabila ia berpuasa, maka produksi ASI-nya akan terpengaruh.

Namun, bagi ibu menyusui yang tak bermasalah, puasa tetap bisa dijalankan. Mia berpesan bagi ibu menyusui yang ingin berpuasa untuk tetap mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, tingkatkan asupan protein dan cairan atau minuman. Usahakan pola makan tetap 3x sehari, yaitu saat sahur, berbuka puasa, dan setelah shalat tarawih.

“Jangan lupa untuk tetap memantau kondisi diri sendiri dan kondisi bayi tetap agar senantiasa sehat,”pesan ibu dua anak itu.

Hal yang sama juga dikatakan oleh dokter anak dari Rumah Sakit Puri Indah Jakarta Barat, Dr Jeanne Roos Tikoalu, SpA bahwa ibu harus cukup makan dengan gizi yang seimbang dan cukup konsunsi air saat tidak puasa yaitu antara waktu berbuka sampai sahur.

“Bila ibu memiliki motivasi yang kuat untuk memberikan yang terbaik bagi bayinya, pasti ibu akan bisa tetap mempertahankan kegiatan laktasinya,”ujar Jeanne.

Ia mengatakan, meski puasa, ibu harus tetap menyusui bayi secara rutin dan teratur. Dan saat puasa, bila ibu merasa haus dan tidak tahan untuk puasa dan menyusui, usahakan mempunyai cadangan ASI yang sebetulnya sudah bisa mulai ditabung sebelum bulan puasa tiba. Tetapi jika tidak memiliki cadangan ASI sebelum bulan puasa tiba, ibu dapat memeras ASI seiap kali selesai menyusui bayinya.

“Jangan lupa mencantumkan tanggal dan jam waktu pemerahan ASI cadangan tersebut dan gunakan ASI yang sudah disimpan terlebih dahulu,”kata Jeanne. Jeanne mengingatkan, walaupun ASI yang keluar saat pemerahan hanya berjumlah sedikit, kandungan lemaknya cukup tinggi sehingga dengan jumlah sedikit sudah cukup dapat mengenyangkan bayi

Komposisi ASI Tak Berkurang Selama Puasa

Tidak dapat dimungkiri, saat puasa, cairan tubuh kita berkurang hingga 2-3%. Pada keadaan normal, ada mekanisme”rasa haus” yang mencegah kita dari kekurangan cairan. Namun, disaat puasa, secara otomatis otak mengatur agar pengeluaran cairan tubuh melalui air seni dan keringat dihemat.

Walaupun ibu tidak makan selama 14 jam, komposisi ASI-nya tidak akan berubah atau berkurang kualitasnya dibandingkan saat tidak berpuasa. Sebab, tubuh akan melakukan mekanisme kompensasi dengan mengambil cadangan zat-zat gizi, yaitu energi, lemak, dan protein serta vitamin dan mineral dari simpanan tubuh.

Begitu ibu berbuka, tubuh akan mengganti cadangan zat-zat gizi tadi, sehingga ibu tidak akan kekurangan zat gizi untuk memenuhi aktivitas serta mempertahankan kesehatan tubuhnya. (SINDO)