Sabtu, 01 Agustus 2009

Murah tapi Bukan Murahan

Obat generik masih dianggap obat nomor dua oleh sebagian besar masyarakat. Nomor satu adalah obat bermerek. Benarkah obat bermerek lebih berkualitas dibandingkan obat generik?

Seorang eksekutif mendapat kecelakaan di Dallas Airport, AS. Sebuah jarinya terluka parah. Ia segera dilarikan ke rumah sakit setempat. Saat menjalani perawatan di rumah sakit tersebut, eksekutif asal Jakarta itu terkesan bukan main dengan sikap dokter dan manajemen rumah sakit di sana.

Jangan salah, bukan pelayanan rumah dan alat diagnostik serba canggih yang membuatnya terkesan. Bukan itu. Pada saat membicarakan obat, dokter yang merawatnya menawarkan obat generik.”Luar biasa,” ujar sang istri, menirukan suaminya: seorang eksekutif tadi.

Sikap seperti dokter di AS itulah yang kita harapkan dari dokter Indonesia dalam menghadapi pasien, terutama yang terlihat kurang mampu. Dengan ide pemakaian obat generik dari dokter seperti itu, niscaya obat murah tersebut akan lebih cepat memasyarakat. Artinya, obat tersebut akan menjadi pilihan utama setelah obat bermerek.


Obat generik adalah obat yang telah habis masa patennya (off patent), sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti. Ada dua jenis obat generik, yaitu generic bermerek dagang dan Obat Generik Berlogo (OGB) yang dipasarkan dengan nama kimia kandungan zat aktifnya. Dalam obat generik bermerek, kandungan zat aktif itu diberi nama (merek). Zat aktif amoxicillin misalnya, oleh pabrik “A” diberi merek “inemicillin”, sedangkan pabrik “B” memberi nama “gatoticillin”, dan seterusnya, sesuai dengan keinginan pabrik obat. Dari berbagai merek tersebut, bahannya sama: amoxicillin.


Zat Aktif

Dengan demikian, dari sisi zat aktifnya, antara obat generik (BAIK BERLOGO MAUPUN BERMEREK DAGANG), persis sama dengan obat paten. Sayangnya, meskipun diproduksi dan dipasarkan sudah lebih dari 15 tahun, obat generik masih dipandang dengan sebelah mata. Padahal, obat ini tak kalah bermutu dibandingkan obat bermerek yang harganya jauh lebih mahal.

Memang sejauh ini masih ada anggapan, obat yang bermutu adalah yang harganya mahal. Demikian sebaliknya, yang berharga murah seperti obat generik, dianggap tidak bermutu.

Mutu obat generic tidak berbeda dengan obat paten karena bahan bakunya sama. Ibarat sebuah baju, fungsi dasarnya untuk melindungi tubuh dari sengatan matahari dan udara dingin. Hanya saja, modelnya beraneka ragam. Begitu pula dengan obat. Obat generic kemasannya dibuat biasa, karena yang terpenting bias melindungi produk yang ada di dalamnya. Namun, yang bermerek dagang kemasannya dibuat lebih menarik dengan berbagai warna. Kemasan itulah yang membuat obat branded lebih mahal.

Cara pembuatan obat generik dan paten juga sama. Misalnya dalam membuat obat untuk penyakit TBC, yang mengcopy obat produksi luar negri (patenya). Indofarma harus menyesuaikan formula obat generik yang sedang dibuat dengan produk innovator tesebut. Untuk keperluan itu, dilakukan uji bioekivalen (uji BE), dengan harapan efektivitasnya, keamanannya, dan kualitasnya sama dengan inovatornya. Dengan demikian, dalam tubuh, obat generic akan memberikan efek sama dengan produk innovatornya.

Uji Bioekivalen

Harap diketahui, biaya uji bioekivalen bisa menghabiskan Rp. 300 juta – Rp. 500 juta/ item produk. Jadi, intinya produk generic memang murah tapi kualitasnya sama dengan obat-obat mahal lainya. Obat generic itu diproduksi dengan proses sama dengan obat branded, mulai dari awal sampai akhir produksi. Masih banyak pasien yang berpikir bahwa obat generik tidak manjur karena harganya murah, sebaliknya yang berharga mahal dianggap cespleng. Obat generic memang harganya murah, tapi bukan murahan. Artinya, harganya memang dimurahkan sesuai dengan ketetapan pemerintah. Namun, mulai dari bahan baku, hingga finish product, dilakukan kontrol yang ketat sebagaimana dilakukan jika memproduksi obat paten. Dengan demikian, kualitas dan keamanan obat generik dan obat paten relatif sama. Untuk itulah, masyarakat tidak perlu khawatir jika minum obat generik karena kualitasnya terjamin.

Informasi tentang kualitas obat generik seperti itu memang harus disampaikan terus menerus kepada masyarakat. Hal itu bertujuan untuk mengedukasi masyarakat, yang pada akhirnya memiliki keyakinan dalam menggunakan obat generik. Dengan demikian, dana berobat bisa ditekan, karena masyarakat tidak lagi mengeluarkan biaya sebesar jika menggunakan obat bermerek. Dan, tentu saja, itu juga berarti mensejahterakan masyarakat. (tabloid generik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar