Kamis, 20 Agustus 2009

TONSILEKTOMI PERBAIKI KUALITAS TIDUR DAN PRILAKU ANAK

Kesulitan nafas saat tidur merujuk pada sebuah spectrum gangguan bernafas, dari ngorok hingga sindrom sleep apnea yang bersifat obstruktif, suatu kondisi dimana pasien mengalami megap-megap (suatu saat nafas berhenti, lalu mulai bernafas kembali, berhenti lagi, begitu terus berulang di malam hari). Salah satu efek sampingnya adalah rasa lelah sepanjang hari.

Tak jarang, masalah berakar dari pembengkakan tonsil dan adenoid, yang merupakan jaringan yang membantu menangkap kuman yang masuk. Tonsil atau kerap disebut amandel, terletak di bagian belakang tenggorokan, sementara adenoid letaknya diantara hidung dan tenggorokan.

Studi melaporkan, anak-anak dengan gangguan nafas saat tidur juga mengalami peningkatan maslah prilaku, termasuk attentiondeficit hyperactivity disorder (ADHD) dan prestasi sekolah yang buruk, sehingga timbul pemikiran bahwa kualitas tidur yang buruk turut andil dalam masalah ini.

Nah, dengan demikian adenotonsilektomi (operasi pengangkatan tonsil dan adenoid), anak-anak tersebut tak hanya bisa tidur lebih baik, tetapi juga menunjukkan perbaikan dalam hal tingkah laku.

“Pada anak-anak dengan masalah prilaku, mengorok yang kronis mungkin berpengaruh terhadap masalah prilaku tadi. Dan jikamengorok-nya diatasi, secara signifikan tampak perbaikan dalam hal kualitas hidup mereka,” Ujar peneliti dari FK Universitas Kansas di Kansas City, Dr. Julie L Wei.

Bersama timnya, Wei melakukan penelitian terhadap 117 anak dengan gangguan nafas saat tidur, yang kemudian menjalani adenotonsilektomi. Sebelum operasi dan enam bulan setelah operasi, orang tua dari anak-anak tersebut diminta untuk mengisi kuesioner tentang gejal-gejala gangguan nafas saat tidur dan masalah prilaku dari anaknya, termasuk kekurangperhatian, hiperaktivitas, dan pembangkangan.

Wei dan timnya mendapati adanya hubungan antara masalah kesulitan nafas anak-anak saat tidur di malam hari dengan masalah prilaku mereka keesokan harinya. Manakala gejala sulit nafas saat tidur itu menurun setelah operasi, demikian halnya dengan prilaku mereka.

“Studi yang dilakukan beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa tidur yang tidak berkualitas menjadi factor yang secara signifikan berpengaruh terhadap prilaku dan emosi anak” Ungkap Wei (SINDO)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar